Problems always come in our life. Very often, we ourselves invite the troubles to approach. So let time say its words and let see whether the bad circumstance can get better or even worse.
Someone may be mad when he/she is in hot water, but it's normal because no one can actually reconcile oneself to problems despite patience.
The most important now is how to overcome difficulties. It really does not mean that if we don't have problems then we don't have to fix everything. At least we need to avoid a condition that has more chance to lead to the worse things. This behaviour should be a part of our life as human beings. Nothing is perfect.
Diposting oleh
Harry Saputra
komentar (0)
Diposting oleh
Harry Saputra
komentar (0)
Tanpa aku duga, kemarin ia datang lagi dalam mimpiku. Ia terlihat sangat cantik. Ia sungguh membuat jantung ini dag-dig-dug, bak drum yang sedang ditabuh, dan mimpi itu terlihat begitu nyata. Ia menyapaku, "hai," dan akupun menjawabnya, "hai."
Dengan perasaan yang tidak karuan(perasaan cinta yang sama seperti lima tahun yang lalu)akupun memberanikan diri bertanya padanya, "Dari mana?"
Ia menjawab dengan suara seraknya yang khas itu, suara yang lebih dari lima tahun tidak pernah aku dengar lagi. "Dari rumah temen," jawabnya singkat.
Entah kenapa aku kemudian mengajaknya untuk singgah kerumahku dan dia bersedia. Serentak aku berbunga-bunga. Tak dapat aku gambarkan kebahagian diriku. Sayangnya, pada saat kebahagian itu baru saja dimulai, akupun terjaga dari mimpiku dan semua kebahagian itu sirna seperti air yg meresap kedalam tanah.
Aku sempat berfikir: bagaimana mungkin dia datang dalam mimpiku? Padahal dalam kehidupan nyata ia tidak pernah terlintas sama sekali atau terbayang sedikitpun di fikiranku. Seolah-olah dia bisa masuk kedalam mimpiku tanpa aku inginkan, bak hantu yang datang tak diundang dan pergi tanpa permisi.
Diposting oleh
Harry Saputra
komentar (1)
Namanya Dwi Puspita Sari. Aku dan temanku memanggilnya dengan panggilan Vita. Vita adalah gadis yang sangat polos, selalu memakai celana, dan sedikit tomboy. Entah kenapa aku jatuh cinta padanya.
Dia mempunyai daya pikat tersendiri. Auranya sangat kuat. Tidak hanya aku yang terpikat, dua teman dekatku, David dan Adam pun, tergila-gila pada dia. Jadilah kami bertiga melakukan kompetisi. Aku, David dan Adam melombakan Vita. Meski sedang berlomba, kami tidak pernah sekalipun menaruh benci terhadap satu sama lain dan malahan kami bisa saling mendukung. Kami menyebut pencapaian untuk mendekati Vita dengan poin. Bagi kami, bisa bicara dan berjalan dengan Vita merupakan sebuah poin yang sangat besar.
Kelemahan kami hanya satu: malu. Yah, kami bertiga adalah tipe pria yang super pemalu. Kami menaruh rasa cinta kami pada Vita selama hampir 3 tahun namun Vita tak sedikitpun mengetahuinya. Sungguh kami sangat handal menyembunyikan perasaan. Itulah kami. Kami tak pernah sekalipun menyatakan bahwa kami mencintai Vita. Yang kami lakukan hanya menyanyi. Yah, menyanyi. Seperti orang gila, kami menyanyi di rumah, di sekolah, di pantai, dan di Ribathul Muslimin, tempat dimana aku dan Vita bertemu.
Sepengetahuanku, Vita tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Ini sangat sesuai dengan sikap kelelakiannya. Aku sendiri terkadang curiga apakah dia bisa jatuh cinta terhadap pria. Ia sangat sangat pandai bergaul hingga lupa bahwa ia telah menjalin pertemanan dengan terlalu banyak pria, yang bisa jadi juga tertarik padanya.
Melalui tulisan ini, aku ingin mengungkapkan sedikit rasaku kepadanya. Aku ingin dia tahu bahwa selama itu, selama lebih dari 5 tahun, aku terus menyembunyikan rasa ini, rasa yang sangat menyiksa. Aku juga ingin dia tahu sebuah fakta, sebuah fakta bahwa dia sering datang dalam mimpiku dalam keadaan yang tidak pernah aku duga, apalagi aku inginkan. Sebuah mimpi yang tak teringini.
Aku akan menulismu di lain hari. Salamku untukmu.
